Jumat, 14 Mei 2010

Istirahat Yang Benar Dapat Memacu Memori

February 6th, 2010 by yahdillah

Mengambil istirahat sejenak dengan meminum kopi setelah kegiatan, dapat benar-benar membantu kita mengendapkan informasi yang baru kita pelajari

Pertimbangkanlah untuk istirahat setelah Anda mempelajari sesuatu yang baru. Peneliti Amerika menyarankan bahwa mengambil istirahat sejenak atau break, dapat membantu merilekskan otak, memperoleh jeda di antara informasi-informasi baru, dan membantu merendamnya secara lebih baik.

“Mengambil istirahat sejenak dengan meminum kopi setelah kegiatan di kelas, dapat benar-benar membantumu mengendapkan informasi yang baru kau pelajari, ” kata Lila Davachi, seorang asisten profesor di New York University’s (NYU) Department of Psychology and Center for Neural Science.

“Otak Anda menginginkan Anda untuk melupakan tugas-tugas yang lain. Jadi Anda dapat lebih meresapi dengan baik apa yang baru saja Anda pelajari.”

Studi ini adalah kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang memperlihatkan bahwa memori dipacu menjelang tidur dengan membiarkan pikiran pergi lewat pengetahuan yang baru diperoleh.

Bagaimanapun, kesimpulan penelitian terkini, menjelaskan bahwa proses yang sama bisa terjadi selama waktu bangun tidur juga.

Detail Studi

Untuk menentukan konsolidasi memori selama masa istirahat, peneliti dari NYU melihat pada dua area otak yang penting dalam meningkatkan memori; area hippocampus dan corticol, kepada 16 partisipan.

Untuk studi ini, peserta diperlihatkan pasangan gambar, termasuk satu wajah manusia dan objek seperti sebuah bola pantai, atau sebuah wajah dan sebuah pemandangan seperti sebuah pantai.

Aktivitas ini diikuti dengan periode-periode pendek dari ‘istirahat secara sadar’. Peserta tidak diberi tahu bahwa memori mereka dalam tes ini akan dites pada waktu selanjutnya.

Mereka diinstruksikan untuk beristirahat ketika sedang sadar dan memikirkan apa saja.

Para peneliti memakai sebuah functional magnetic resonance imaging (fMRI) untuk menentukan aktivitas otak dari peserta-peserta ketika mereka mengerjakan tugas-tugas maupun ketika mereka istirahat.

‘Istirahat secara sadar’ berhubungan dengan aktivitas di area otak pada analisa, area otak yg penting dari para peserta ditemukan sama aktifnya dengan ketika mereka mempelajari tugas.

“Peserta-peserta yang mendapat korelasi yang bagus di antara dua area otak (menjelang tes) mempunyai memori asosiatif yang lebih baik,” kata Davachi. “Mereka mengingat wajah yang hadir bersama obyek (secara lebih baik).”

“Otak Anda bekerja ketika Anda istirahat, jadi istirahat itu penting untuk memori dan fungsi kognitif. Hal ini adalah sesuatu yang kami tidak sukai, khususnya dalam era teknologi informasi saat ini yang meminta kita untuk bekerja dalam waktu yg lama,” tambah Davachi

Para peneliti berharap bahwa studi ini akan membantu pemahaman yg lebih baik tentang mekanisme tertentu seperti mengapa kita cenderung mengingat sedikit hal secara detail dan dalam waktu yg lain kita langsung melupakan hal-hal lainnya. [tdg/dwi]

by: http://www.ilmupsikologi.com/

Ibu: sekolah utama orang-orang sukses

March 13th, 2009 by yahdillah

Bukan cuma surga yang berada di kaki ibu, tetapi juga “sekolah kehidupan”. Jika anda ibu yang sadar fungsi dan perannya…akan merasa menyesal tidak sempat menjadikan buaian anda sebagai sekolah terbaik bagi putra-putri anda. Andakah ibu yang dinantikan jaman edan seperti sekarang ini?

Peran ibu dalam mendidik anak memang lebih besar ketimbang seorang ayah. Riset terbaru di AS menunjukkan anak yang dirawat ayah berusia lebih matang, tidak begitu memiliki otak cemerlang semasa kanak-kanak. Sebaliknya, anak di bawah pangkuan atau didikan ibu yang lebih matang, akan mempunyai otak lebih cemerlang.

Riset ini berdasarkan tes terhadap sejumlah anak atas kemampuan berpikir selama masa kanak-kanak atau menjelang remaja. Kelebihan ibu dalam peran mereka dalam mengurus anak diperlihatkan pada riset ini. Riset ditujukan untuk menguji kemampuan daya ingat, menangkap pelajaran dan konsentrasi.

Tim riset yakin mutasi dalam sperma pria yang terjadi sepanjang waktu kemungkinan menjadi faktor atau penyebab perbedaan tersebut. Menurut para periset dari University of Queensland dalam jurnal PloS Medicine, usia dimana pria dan wanita tengah memiliki anak, mengalami peningkatan atau lebih matang dalam dunia maju.

Namun pengaruh dari peningkatan usia di masa didik anak tersebut memperlihatkan hal lain saat tingkat kesuburan mulai menurun terutama pada pria. Kesuburan pada sperma pria di usia lebih matang membuat kaum Adam kurang bagus dalam mendidik anak di usia itu ketimbang ibu.

Dijelaskan lebih lanjut tim riset, kondisi si ayah seperti ini kemungkinan berkaitan dengan sederet problem kesehatan seperti cacat, neuropsychiatric (berkaitan dengan syaraf), seperti schizophrenia dan gangguan bipolar.

Tim riset menganalisa data 33.437 anak yang lahir antara 1959 dan 1965 di AS. Masing-masing anak diberikan tes fungsi otak pada usia delapan, empat tahun dan tujuh tahun. Tim riset melakukan penelitian ini juga berkaitan dengan faktor sosial-ekonomi seperti pendapatan keluarga dan pendidikan orangtua.

Hasil riset memperlihatkan anak di bawah asuhan seorang ayah berusia lebih matang, memiliki nilai lebih rendah dalam berbagai tes. Sebaliknya anak yang didik seorang ibu berusia lebih matang. Mereka mendapat skor lebih tinggi. Kelebihan ibu yang satu ini, dijelaskan periset, kemungkinan karena faktor lingkungan pula yang membuat anak lebih pandai di bawah asuhan mereka.

Faktor genetik juga menjadi penentu atau kuncinya. Adanya bukti mutasi gen menjadi lebih berkembang dalam sperma pria dalam usia mereka yang lebih matang. Tapi riset sebelumnya memperkIraqan anak di bawah didikan seorang ayah akan lebih baik kehidupannya mengingat biasanya seorang ayah mempunyai pendapatan yang lebih baik. Dengan begitu si anak akan mendapat pelayanan pendidikan dan lainnya yang lebih baik ketimbang di bawah asuhan seorang ibu.

by: http://www.ilmupsikologi.com/

Kepribadian calon pasangan?

March 23rd, 2009 by yahdillah

Saat mencari pasangan, kita cenderung hanya melihat segala sesuatu yang tampak dari luar. Soal penampilan, misalnya, kita ingin pria berkulit putih, jangkung, atau berambut cepak. Bila membahas soal sifat pun, hanyalah yang tampak di permukaan. Misalnya, ramah, senang bercanda, atau perhatian.

Ketika hubungan telah terbina, kita akan menyadari bahwa kepribadian seseorang akan lebih kompleks daripada yang kita bayangkan. Apa yang tampak dari luar tidak menjamin apakah hubungan Anda akan langgeng atau tidak. Akan lebih baik jika Anda mengenali lebih dulu tipe kepribadian Anda dan pasangan.

Helen Fisher, seorang anthropolog yang juga penulis buku Why We Love: the Nature and Chemistry of Romantic Love, mengadakan riset mengenai mengapa kita jatuh cinta dengan orang tertentu, dan bukannya yang lain. Dari penelitian tersebut, Fisher menyimpulkan bahwa pada dasarnya terdapat empat tipe kepribadian: Explorer, Builder, Negotiator, dan Director. Empat gaya kepribadian ini berhubungan dengan substansi kimia dopamin, serotonin, testosteron, serta estrogen dan oxytocin.

Menurut Fisher, “Yang terpenting bukan hanya memahami siapa diri kita, tetapi juga menggunakan siapa diri kita tersebut. Keempat tipe kepribadian ini melakukan kesalahan-kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari jika mereka lebih mengenali tipe apakah diri mereka.”

Inilah empat kepribadian menurut Fisher:

1. The Explorer
Tipe pengeksplorasi mengekspresikan aktivitas mereka dalam sistem dopamine. Mereka cenderung mengambil risiko, selalu ingin tahu, kreatif, spontan, energik, antusias, dan optimistik.

Orang dengan tipe Explorer cenderung tertarik dengan orang-orang yang seperti dirinya. Mereka menginginkan seseorang yang energik dan antusias, seorang petualang yang kreatif dan selalu ingin tahu.

Tipe Explorer juga sangat manis dan murah hati. Kebaikan pria Explorer kerap disalahartikan wanita yang menerima kebaikannya, sehingga akhirnya mereka terluka setelah mengetahui bahwa pria Explorer tersebut ternyata sudah menjalin hubungan dengan wanita lain.

2. The Builder
Tipe Builder mengekspresikan diri mereka dengan serotonin. Orang-orang dengan tipe ini tenang, senang bersosialisasi, populer, hati-hati, namun tidak penakut. Mereka sangat baik dalam membangun jaringan, senang bersosialisasi, dan menyukai orang-orang yang setipe dengan mereka. Anda tipe wanita (atau pria) tradisional, konvensional, dimana keluarga sangat penting bagi Anda, dan sering kali relijius.

Tipe Builder cenderung mengikuti aturan dan jadwal, namun sebaiknya Anda lebih berani mengambil risiko untuk urusan kencan. Mereka senang bertemu dengan banyak orang, sehingga Si Dia bisa saja mengajak Anda menemui teman-temannya meskipun sebenarnya Anda hanya ingin menghabiskan waktu berdua.

3. The Director
Tipe The Director mengekpresikan diri dengan testosteron. Pria atau wanita dengan tipe ini senang memimpin, cenderung bertindak sebagai pengambil keputusan, senang berpikir, dan mampu memahami musik dengan baik karena musik sangat struktural. Mereka senang berkompetisi, dan ambisius.

Tipe Director biasanya akan mencari tipe Negotiator, begitu pula sebaliknya. Fisher mengambil contoh Bill dan Hillary Clinton. Hillary adalah tipe pemimpin, pengambil keputusan, dan berpendirian kuat. Ia bukan tipe yang dapat mengambil hati orang seperti suaminya. Hillary terpikat dengan pria yang memiliki sopan-santun, senang berbicara, dan peduli pada orang lain.

Yang perlu diperhatikan, tipe Director sering menganggap bahwa kencan sangat merepotkan. Mereka maunya yang langsung-langsung saja. Mereka sering terlalu cepat membuat keputusan, sehingga jika menyadari ada sesuatu yang tidak beres di tengah-tengah kencan, mereka menjadi sangat kasar. Pria atau wanita dengan tipe ini harus belajar lebih rileks.

4. The Negotiator
Tipe Negotiator, baik pria maupun wanita, dapat sangat ekspresif dalam estrogen. Mereka orang-orang yang sangat fleksibel, imajinatif, dan intuitif. Tipe Negotiator juga mudah setuju dengan pendapat orang lain, baik, sangat peduli dengan perasaan orang lain, sehingga orang lain sering memanfaatkan mereka.

Bila Anda seorang Negotiator, Anda harus lebih yakin dengan pendapat Anda sendiri. Sebab Negotiator umumnya cenderung kompromis dalam segala sesuatu, meskipun pada dasarnya mereka kurang setuju dengan sesuatu hal. Karena itu jika Anda seorang Negotiator, Anda harus cepat sadar dan tidak berpikir berlebihan.

Adakah tipe kepribadian yang tidak cocok untuk tipe kepribadian yang lain?
Dengan mengenali berbagai jenis kepribadian ini, sebenarnya Anda bisa membantu diri sendiri dalam menemukan pria dengan kepribadian yang sesuai untuk Anda. Sebagai contoh, tipe Explorer sangat karismatik dan memikat, sehingga kita cenderung cepat jatuh cinta dengan tipe ini. Lebih baik lakukan pendekatan dengan perlahan, jangan langsung mengambil keputusan untuk melakukan hal-hal yang akan membawa Anda ke masalah.

Meskipun demikian, menurut Fisher sebenarnya tidak ada kombinasi kepribadian yang buruk, selama kita terus berpikir bahwa Si Dia adalah yang terbaik. Anda bisa membina hubungan dengan tipe mana saja, meskipun beberapa pertemuan dua jenis kepribadian dapat menghadapi masalah-masalah yang spesifik.

Jika Anda dan pasangan sama-sama tipe Explorer, maka biasanya Anda tidak akan bertengkar mengenai siapa yang harus mencuci atau menyetrika, karena Anda berdua orang-orang yang fleksibel. Pasangan yang sama-sama tipe Builder akan menciptakan suatu perkawinan yang langgeng, namun mereka akan selalu meributkan bagaimana merapikan kamar tidur yang benar, karena salah satu merasa punya cara yang lebih baik dalam mengerjakan sesuatu.

“Dua orang Explorer tidak akan mengalami hal seperti itu,” ujar Fisher. “Mereka akan mengatakan kepada yang lain, ‘Makan saja dengan cara yang kamu suka.’”

Kombinasi yang sedikit kurang baik adalah dua tipe Director. Mereka sama-sama workaholic sehingga akan kekurangan waktu untuk bersama-sama, dan tak satu pun dari mereka yang punya kemampuan untuk menyenangkan yang lain. Namun, sekali lagi, selama mereka berpikir bahwa pasangannya adalah yang terbaik, mereka pun akan mampu membina hubungan yang awet.

by: http://www.ilmupsikologi.com/

Belum Nikah Sampai 40 Tahun Pertanda Punya Mental Sehat

December 7th, 2009 by yahdillah

Telat nikah hingga jadi “perawan tua” boleh ajdi bukan pertanda kegagalan emosional. Sebab banyak faktor kenapa orang menjadi perwan tua. Ada sebagian orang awam berpendapat bahwa “perawan tua” memiliki masalah dengan emosi, suka pilih-pilih, kurang pergaulan, wanita karir, kena kutukan karena suka menolak, terlalu high standart dan macam-macam. Tentu pendapat itu tidak memiliki dasar yang argumentatif. Masih banyak sebab kenapa seseorang belum juga menikah. Terutama untuk wanita, faktanya komposisi jumlah usia nikah juga mulai timpang, yaitu 1 laki-laki berbbanding 3 perempuan, tentu ini juga bukan alasan untuk poligami apalagi tidak mungkin orang menikah dalam waktu serentak. Oleh karena itu kita perlu melihat sisi lain dari fenomena ini “menunda perkawinan”, atau bisa jadi menunda kebahagiaan?

detik.com melansir hasil penelitian di Villanova, AS, Menurut hasilnya seseorang yang masih melajang hingga umur 40-an tahun selalu mendapat pertanyaan kenapa tidak menikah. Bukannya tak mau menikah, tapi mereka sudah merasa nyaman dengan kesendiriannya. Meski studi sudah membuktikan bahwa menikah baik untuk kesehatan, tapi ada hal lain yang ternyata membuat seseorang betah menjomblo.

Studi terkini di bidang psikologi menunjukkan bahwa orang-orang yang belum menikah hingga umur 40-an tahun ke atas punya kesehatan emosional yang lebih baik dibanding mereka yang sudah menikah.

Studi dilakukan dengan mengambil data 1.500 partisipan lebih berumur 40 hingga 74 tahun dari the National Survey of Midlife Development, Amerika Serikat. Sebanyak 1.486 partisipan sudah menikah sedangkan 105 lainnya belum menikah.

“Hal menarik yang kami temukan disini adalah, mereka yang belum menikah punya sisi psikologis dan kesehatan emosional yang lebih kuat, terutama dalam menghadapi tantangan hidup. Mereka merasa punya kekuatan lebih, tahu caranya mengurus diri sendiri dan bisa mengontrol hidupnya lebih baik dengan status lajang mereka daripada partisipan lain yang seumuran dan sudah menikah,” ujar Jamila Bookwala, profesor psikologi dari Lafayette College, Easton seperti dilansir Healthday, Minggu (6/12/2009).

Peneliti mengukur kekuatan psikologis dan kesehatan emosional partisipan yang belum menikah melalui tiga kriteria yaitu keahlian personal, tingkat fokus dan kecukupan materi. Mereka yang belum menikah biasanya memiliki tingkat pendidikan dan karir yang cukup matang. Keahlian yang mereka punya dirasa cukup untuk mengatasi segala bentuk persoalan hidup, termasuk depresi.

Fokus pada diri sendiri pun menjadi faktor penentu kesehatan mentalnya, dimana fokus mereka yang belum menikah hanya tertuju pada dirinya saja, sehingga beban mentalnya menjadi lebih sedikit. Sedangkan kecukupan materi yang mereka punya bisa mencukupi segala kebutuhannya dan tidak merasa tergantung atau harus menanggung kebutuhan orang lain karena belum memiliki keluarga.

“Studi ini mematahkan mitos yang mengatakan bahwa ada masalah psikologis pada individu yang belum menikah serta mitos yang mengatakan bahwa menikah adalah langkah terbaik yang harus ditempuh setiap orang dalam hidupnya,” ujar Patrick Markey, profesor psikologi dari Villanova University, Villanova.

Meski menikah disebut-sebut sebagai bagian terbaik dalam hidup, tapi ternyata belum tentu bagi sebagian orang. “Mereka justru lebih bahagia karena tidak menikah,” tambah Markey.

Namun studi lebih lanjut dengan jumlah partisipan yang lebih banyak perlu dilakukan lagi mengingat jumlah partisipan dalam studi ini cukup sedikit, yakni sekitar 100 orang lebih.

by :http://www.ilmupsikologi.com/

Telinga Kanan Lebih Mudah Menerima Ucapan Maaf

February 4th, 2010 by yahdillah

Pernahkah Anda kesulitan meminta maaf pada seseorang? Mungkin ada yang salah dengan cara Anda meminta maaf. Menurut peneliti, agar kata maaf lebih diterima oleh seseorang, ucapkanlah ke telinga kanannya.

Peneliti dari the University of Valencia, seperti dilansir Telegraph, Kamis (4/2/2010) mengatakan bahwa ketika sedang marah, telinga kanan akan lebih responsif terhadap suara atau bunyi-bunyian daripada telinga kiri.

Dengan mengatakan maaf ke telinga kanan maka kemungkinan pesan tersebut masuk ke otak akan lebih besar dan membuat kata maaf lebih mudah diterima. Peneliti menyimpulkan hal tersebut setelah melakukan tes pendengaran terhadap 30 partisipan pria yang sedang marah.

Untuk memancing emosi dan kemarahan partisipan, peneliti memberikan bacaan yang menimbulkan emosi dan permusuhan. Peneliti kemudian memonitor detak jantung, tekanan darah dan level hormon testosteron partisipan. Sebuah bunyi atau suara kemudian diperdengarkan pada telinga kanan dan kiri partisipan.

Berdasarkan hasil studi tersebut, ketika sedang marah ternyata partisipan lebih bisa menerima pesan atau bunyi-bunyian dari telinga kanan daripada telinga kiri. Hasil inilah yang kemudian membuat peneliti menyarankan pentingnya meminta maaf lewat telinga kanan.

Bunyi kata maaf yang dimasukkan ke telinga kanan akan memungkinkan pesan ‘maaf’ itu dicerna dan diproses lebih baik dalam otak, terutama otak kiri.

Seperti diketahui, otak kiri berfungsi mengontrol semua aktivitas dan merespons stimulasi anggota tubuh bagian kanan sementara otak kanan justru sebaliknya. Otak kiri juga berfungsi melakukan proses yang berhubungan dengan logika atau pemikiran sehingga bisa menerima pesan dengan lebih rasional.

Penemuan yang dipublikasikan dalam Journal Hormones and Behaviour ini menghasilkan teori baru, yaitu dengan mengarahkan pembicaraan ke telinga kanan, komunikasi akan berjalan lebih baik karena suara yang datang dari telinga kanan akan lebih didengar oleh otak daripada pesan dari telinga kiri.

by: http://www.ilmupsikologi.com/

Penelitian: Uang Bukan Faktor Yang Bisa Bikin Bahagia

February 23rd, 2009 by yahdillah

Penelitian terbaru menununjukkan, menghabiskan uang untuk merasakan suatu pengalaman dapat mendatangkan kebahagiaan

Orang menganggap uang adalah sumber kebahagiaan. Tapi faktanya tidaklah demikian. Sebuah studi terbaru menyatakan100 rb bahwa uang bisa digunakan untuk membeli kebahagiaan, asal yang dibeli adalah pengalaman, bukan barang.

Sekedar hiburan atau menonton teater peneliti bisa membuat merasa lebih bahagia. Demikian penelitian terbaru yang dimuat oleh Los Angeles Times.

Ryan Howell, asisten profesor psikologi dari San Francisco State University, bersama timnya meminta sejumlah orang menuliskan renungan mereka dan menjawab pertanyaan apa saja yang baru mereka beli. Temuan menunjukkan, penggunakan uang secara baik lah yang menimbulkan kebahagiaan.

“Temuan ini mendukung ekstensi teori kebutuhan dasar, yakni pembelian yang bisa memuaskan kebutuhan psikologi akan memproduksi dengan skalanya yang maksimal sensasi hidup yang lebih hidup,” kata Ryan Howell.

Menurut Howell, kelomok yang membelanjakan uang untuk menonton theate, , makan di luar rumah atau menikmati liburan cenderung lebih gembira dibanding mereka yang membeli barangan dan tidak jelas peruntukannya. Ini lantaran mampu memenuhi kebutuhan, terutama kebutuhan bersosialisasi dengan orang lain dan vitalitas. Belum lagi pengalaman yang didapat itu bisa mewarisi kepuasan yang bertahan lama.

“Belanja pengalaman menyediakan modal memori,” kata Howell. “Kita tidak akan bosan dengan kenangan-kenangan indah, beda bila kita belanja barang.”

“Temuan ini mendukung perluasan teori kebutuhan dasar bahwa pembelian yang meningkatkan kepuasan terhadap kebutuhan psikologis akan melahirkan kesejahteraan yang terbesar,” tambah Howell.

Dalam penelitian ini, Howel melibatkan sekitar 154 responden dari usia 24 tahun hingga 5o tahun.

by :http://www.ilmupsikologi.com/

Keshalehan beragama ampuh hadapi stress

March 13th, 2009 by yahdillah

Bila anda sering sujud, itu sama artinya anda sedang mentralisisr muatan-muatan ion berbahaya pada diri anda. Otak orang shaleh (bukan sok shaleh lho!) terpotret lebih tenang…..dan penuh misteri menakjubkan. Apakah itu otak anda?

Otak orang-orang yang relijius terbukti lebih tenang bila menghadapi situasi yang tidak pasti dan memiliki tingkat stres yang lebih rendah saat mengalami kesalahan ketimbang orang-orang yang tidak mempercayai agama. Ini kesimpulan sebuah studi di Kanada yang mempelajari hubungan antara penganut agama dan aktivitas otak.

“Orang-orang relijius atau mereka yang percaya pada Tuhan terbukti memiliki tingkat stres atau kecemasan yang lebih rendah setelah melakukan kesalahan,” ujar Michael Inzlicht, profesor psikologi University of Toronto.

Studi ini melibatkan kelompok kecil orang-orang yang percaya pada Tuhan dan tidak percaya dari berbagai latar belakang agama, termasuk umat Islam, Kristen, Hindu, dan Budha.

Para peserta diminta untuk mengisi kuesioner agama tentang keyakinan mereka terhadap Tuhan dan tingkat keimanan mereka. Lalu, mereka diminta untuk mengerjakan tugas Stroop, sebuah tes psikologi yang mengukur waktu reaksi selama menjalankan berbagai tugas seperti mengenali warna dengan cepat.

Pada tubuh setiap responden dipasang elektroda yang mengukur aktivitas di wilayah otak yang disebut anterior cingulate cortex (ACC). ACC berfungsi untuk mengendalikan emosi dan membantu orang untuk memodifikasi perilaku saat mengalami sebuah kejadian yang memicu kecemasan seperti saat melakukan kesalahan.

“Bagian ini akan terganggu saat Anda melakukan kesalahan atau dihadapkan pada situasi dimana Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan,” jelas Inzlicht.

Penelitian menunjukkan aktivitas ACC pada orang yang relijius lebih rendah bila dibandingkan pada mereka yang tidak percaya pada Tuhan. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak terlalu cemas saat melakukan kesalahan selama tes.

Semakin kuat tingkat keimanan dan keyakinan pada Tuhan, semakin rendah aktivitas ACC sebagai respons atas kesalahan yang mereka lakukan sendiri.

Ini menunjukkan adanya korelasi antara keyakinan agama dan aktivitas otak. Namun begitu, para ahli masih belum mengetahui alasan yang tepat. Sekalipun peneliti menduga bahwa orang-orang yang relijius memiliki tujuan yang lebih besar ketimbang diri mereka sendiri khususnya kehidupan setelah kematian.

by: http://www.ilmupsikologi.com/

Oral Seks, Bisa Hamil Lho!

February 6th, 2010 by yahdillah

Kok bisa ya? oral-seks atau mengulum kemaluan lelaki, seolarang remaja bisa hamil padahal dia cacat vaginanya?


Kejadian ini terjadi pada seorang remaja putri berusia 15 tahun dari daerah Lesotho, Afrika Selatan. Akibat menelan sperma pada tahun 1988, ia pun menjadi hamil. Kisahnya baru diketahui orang banyak akhir-akhir ini. Berikut petikan kisahnya seperti dikutip dari Lemondrop, Kamis (4/2).

Kejadian bermula ketika gadis 15 tahun yang bekerja di sebuah bar itu sedang melakukan seks oral bersama kekasihnya. Saat itu pula, tiba-tiba mantan kekasihnya datang lalu marah-marah.

Sang mantan tidak terima melihat kejadian tersebut di depan matanya. Ia langsung mengambil pisau dan perkelahian pun terjadi di antara mereka. Akibat perkelahian tersebut, si gadis terluka pada bagian lengan dan perutnya.

Gadis itu kemudian dilarikan ke rumah sakit karena luka di perutnya lumayan parah. Dokter langsung melakukan operasi untuk menutup perutnya yang robek. Namun sebelum menutup lubang di bagian perutnya, dokter menemukan banyak cairan di perutnya yang ternyata merupakan air liur.

Kondisi gadis tersebut berangsur-angsur membaik setelah dioperasi, ia pun bisa pulang 10 hari kemudian. Namun 278 hari atau sekitar 9 bulan kemudian, ia datang lagi ke rumah sakit karena sakit di perutnya. Berbeda dengan kedatangan sebelumnya, kali ini datang dengan perut yang membesar.

Sebelumnya dokter mengira ia sedang hamil, tapi si gadis membantah karena merasa tidak pernah melakukan seks melalui vagina. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter terkejut karena ternyata ada janin bayi di dalam rahim gadis itu dan terdengar suara detak jantung dari perutnya.

Dalam keadaan terheran-heran, dokter segera melakukan persiapan kelahiran untuk mengeluarkan bayi tersebut dari dalam perut si gadis. Namun ketika akan melahirkan, dokter semakin terkejut karena gadis tersebut tidak punya vagina. Operasi cesar pun dilakukan dan akhirnya keluarlah bayi laki-laki seberat 2,8 kg.

Untuk menjawab teka-teki munculnya bayi dalam rahimnya, dokter pun melakukan interogasi dengan ditemani seorang suster. Dari hasil interogasi, si gadis mengaku pernah menelan sperma kekasihnya pada saat melakukan seks oral. Ia selalu melakukan seks oral karena sadar tidak punya vagina.

Dari hasil pemeriksaan dokter terhadap gadis itu memang mengindikasikan tidak ada vagina pada bagian vulvanya, yang ada hanya sebuah lekukan dangkal pada bagian luar uretra dan di antara bagian labia minora.

Gadis itu diketahui memiliki kelainan vagina yang disebut mullerian agenesis yang menyebabkan sistem reproduksinya (vagina, leher rahim dan rahim) tidak lengkap. Sehingga mustahil akan melakukan hubungan seksual. Ia akan merasakan sakit luar biasa jika dipaksakan bersenggama.

Cacat pada alat kelamin si ibu muda, yang dikenal dengan Mullerian agenesis atau sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser, tidak mengagetkan dokter. Tapi, dokter kaget dengan kehamilannya. Bahkan remaja itu juga tidak percaya ia bisa hamil.

“Pemeriksaan di vulva menunjukkan tidak ada vagina, hanya ada cekungan kulit yang dangkal,” kata dokter. Maka seorang bayi laki-laki yang sehat akhirnya dikeluarkan dari perut ibunya lewat operasi caesar. Demikian papar sebuah laporan yang diterbitkan di Jurnal Obstetri dan Ginekologi Inggris, sebagaimana dikutip ABCNews (3/2).

Dokter pun memberikan penjelasan berdasarkan acuan dari British Journal of Obstetrics and Gynecology. Kemungkinannya adalah, sperma masuk melalui saluran pencernaan. Meski menurut teori sperma tidak dapat bertahan dalam suasana lambung yang sangat asam, namun yang terjadi pada gadis itu tidak demikian.

Sperma yang ditelan bisa melalui lambung dan masuk ke bagian reproduksinya tanpa mengalami kerusakan karena terlindung oleh air liur yang berfungsi sebagai buffer atau bahan penetral ketika bertemu asam lambung. Air liur dapat menetralkan suasana asam karena memiliki pH yang tinggi (basa).

Si gadis memang diketahui memiliki tubuh sangat kurus. Menurut dokter, faktor itulah yang memicu produksi air liurnya berlebih. Sampai saat ini, kasus masuknya sperma melalui saluran pencernaan itu masih membuat beberapa dokter bingung dan tidak percaya.

Para pakar infertilitas membuat catatan tentang cerita itu. Mereka mengatakan, hal tersebut menunjukkan adanya perenang hebat di alam, yaitu sperma.

“Ada serangkaian kebetulan yang sulit dipercaya,” kata Dr. Richard Paulson, Kepala Program Fertilitas Universitas Southern California, Los Angeles. “Tapi, sangat masuk akal,” lanjutnya.

Perenang handal

Sebagaimana diketahui, sperma membutuhkan lingkungan dengan kadar asam yang rendah (pH tinggi) untuk bisa tetap hidup. Sehingga kemungkinan akan mati, jika terkena cairan asam lambung. Namun demikian, sperma memiliki cairan pelindung yang keluar bersamanya ketika pria ejakulasi.

Selain itu, “Ada ratusan juta sperma yang keluar dan jika dimatikan 90%-nya, maka masih ada puluhan juta sperma yang hidup,” kata Dr. Peter Schlegel, Ketua Bagian Urologi New York Presbyterian Hospital/Weill Cornell Medical Center.

Paulson setuju dengan pendapat tersebut. “Sperma cukup tahan banting,” ujarnya.

“Jaraknya jauh, dari lambung menuju ke rongga perut bawah. Itu perjalanan yang sangat melelahkan. Tapi mereka (sperma) berhasil melakukannya,” kata Paulson mengomentari perjalanan sperma dalam kasus kehamilan remaja putri itu.

Paulson mengatakan, pada masa-masa awal program kesuburan tahun 1980-an, para dokter menyuntikkan sperma ke perut bagian bawah. Berharap agar sperma bisa bertemu dengan sel telur. Prosedur itu dikenal dengan DIPI atau direct intraperitoneal insemination. Namun kemudian, metode itu digantikan dengan cara lain yang lebih efektif.

Kisah kehamilan remaja itu masih menimbulkan pertanyaan bagi sebagian dokter. Jika ia bisa hamil, maka seharusnya rahim anak perempuan itu akan dipenuhi darah haid yang tidak bisa keluar lewat vagina. Yang mana hal itu bisa membahayakan nyawanya, jika sekian lama tidak dikeluarkan, dan akan membuatnya sulit hamil.

Namun penulis laporan memperkirakan, remaja putri itu baru sekali atau dua kali saja mengalami ovulasi, sebelum akhirnya ia hamil.

Meski para dokter memiliki pendapat berbeda mengenai kasus di atas, tapi mereka sepakat tentang fakta penting mengenai sperma. Yaitu bahwa sperma adalah salah satu perenang paling unggul di alam raya, dan ia memiliki ketahanan hidup yang luar biasa.

Dalam lingkungan normal, sperma bisa bertahan hidup dalam perut wanita 2 hingga 3 hari. Jika pasangan suami-istri yang ingin punya anak memiliki kebiasaan melakukan hubungan seks 2 atau 3 kali seminggu, dengan demikian mereka tidak perlu mengubah kebiasaannya. Karena jika semuanya normal, maka setiap hari ada sperma di dalam rahim istri. Demikian tulis Dr. Silber dalam bukunya “How to Get Pregnant”. Nah, kasus ini harus jadi pelajaran para remaja untuk tidak bertindak aneh-aneh sebelum menikah. [di/abcn]

by : http://www.ilmupsikologi.com/

Seks Bebas di Usia Dini atau Nikah Dini?

June 8th, 2009 by yahdillah

Gejala pergaulan bebas yang sudah menjadi model kehidupan masyarakat belakangan ini, telah memposisikan Indonesia berada dalam cengkraman kejahatan seks bebas yang merupakan ikutan dari politik global.

Pernyataan ini disampaikan dr Rini dari Forum Muslimah untuk Indonesia Sehat dalam diskusi interaktif Kesehatan Reproduksi Remaja di kampus Universitas Islam Bandung (Unisba). Menurutnya, kebijakan pemerintah dalam pencegahan perkawinan dini atau usia muda yang masih diberlakukan hingga sekarang, menjadi salah satu faktor pemicu masuknya kejahatan seks bebas.

“Pemerintah harusnya melakukan langkah-langkah pencegahan bagi terjadinya model dan gaya hidup seks bebas, tapi yang dicegah justru perkawinan dini,” kata dia.

Menurut Rini, seharusnya yang dicegah bukan pernikahanan dini, tetapi perilaku seks bebas yang jauh membawa dampak buruk termasuk penyakit kelamin dan penyakit moral.

Pandangan bahwa nikah dini sebelum usia 18 tahun akan terkena risiko “cancer cervix” hanyalah sebuah hipotesa, karena faktanya Ca-cervix adalah akibat terserang kuman HPV secara persisten dan akibat suka berganti-ganti pasangan.

Terkait dengan amandemen UU no.23/1992 Tentang Kesehatan yang sepintas melegalkan aborsi, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) ini menolak tegas.

Tidak ada aborsi yang aman, tidak dilegalkan saja kasus aborsi sudah 3 juta per tahun.

Aborsi dapat menyebabkan komplikasi urologi, kemandulan, kematian, dan konflik kejiwaan. Aborsi bukan hanya masalah medis, tetapi juga merupakan masalah sosial.

Dokter muda ini pun menyayangkan penyuluh kesehatan yang kerap kali menggunakan alat peraga. “Penjelasan organ-organ reproduksi, organ genital, baik dari segi fisiologis maupun anatomis akan membentuk persepsi seksual yang akan menggelorakan nafsu seksual yang akhirnya mendorong seks bebas,” katanya.

Menurut Elma Triyulianti, Sie Remaja dan PHR Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jabar, angka penderita dan penularan HIV di Jawa Barat menjadi nomor satu di Indonesia.

Selama ini BKKBN berusaha memberikan informasi konseling dan kesehatan reproduksi remaja sehubungan dengan alat reproduksinya. BKKBN memprioritaskan penyuluhannya kepada masyarakat. Pendewasaan usia perkawinan melalui program kesehatan reproduksi remaja.

by :http://www.ilmupsikologi.com/

Manusia Bukan Lanjutan Kera

February 17th, 2010 by yahdillah

Tim ilmuwan internasional menunjukan temuan baru, manusia tak berevolusi dari kera

Satu tim ilmuwan internasional pekan ini melaporkan bahwa kerangka manusia purba yang hidup 4,4 juta tahun lalu memperlihatkan manusia tak berevolusi dari nenek moyang mirip kera.

Penyelidikan selama 17 tahun tersebut mengenai temuan kerangka yang sangat rapuh, “kera darat” kecil, yang ditemukan di wilayah Afar, Ethiopia, dibeberkan di dalam jurnal “Science” terbitan Jumat (2/10).

Sebagaimana dilaporkan kantor berita China, Xinhua, jurnal itu juga berisi 11 berkas mengenai temuan tersebut.

Fosil itu, yang diberi nama panggilan “Ardi”, adalah kerangka paling tua yang dikenal dari cabang manusia dari pohon keluarga primata. Cabang tersebut meliputi Homosapiens serta spesies yang lebih dekat dengan manusia dibandingkan dengan kera dan bonobo.

Temuan itu memberi pengertian baru mengenai bagaimana “hominid” –keluarga “kera besar” yang terdiri atas manusia, simpanse, gorila dan orang-utan– mungkin telah muncul dari satu nenek moyang monyet.

Sampai ditemukannya “Ardi”, tahap paling awal yang diketahui mengenai evolusi manusia adalah “Australopithecus”, “manusia kera” yang berotak kecil dan sepenuhnya berkaki dua yang hidup antara empat juta dan satu juta tahun lalu.

Fosil “Australopithecus” yang paling terkenal adalah “Lucy”, yang berumur dari 3,2 juta tahun, yang namaya diambil dari lagu Beatles “Lucy in the Sky with Diamonds”. “Lucy” ditemukan pada 1974 di tempat sekitar 45 mil dari tempat “Ardi” belakangan ditemukan.

Kerangka “Ardi” dan kerangka “Ardipithecus ramidus”, yang berkaitan, lebih tua dan lebih primitif dibandingkan dengan “Australopithecus”.

Setelah temuan “Lucy”, ada perkiraan bahwa ketika kerangka “hominid” terdahulu ditemukan, semua itu akan berkumpul jadi anatomi mirip simpanse, berdasarkan kesamaan genetika manusia dan kera. Namun fosil “Ardipithecus ramidus” tidak mendukung dugaan itu.

Kerangka “Ardi” cukup lengkap –tengkorak, gigi, tulang panggul, kaki, paha, lengan dan tangan– untuk memperkirakan tinggi dan berat tubuhnya. “Ardi” berjalan dengan dua kaki di tanah, tapi memanjat pohon dan juga menghabiskan waktu mereka di sana, dan barangkali adalah pemangsa segala.

Sesuatu yang mengejutkan ialah “Ardi” dan temannya tidak memiliki bagian tubuh seperti kera atau gorila, tapi lebih mirip dengan kera yang punah atau bahkan monyet, dan kedua tangannya juga tidak mirip tangan simpanse atau gorila, tapi lebih berkaitan dengan kera yang punah sebelumnya.

Banyak ilmuwan mengatakan, temuan itu menunjukkan bahwa “hominid” dan kera Afrika, masing-masing memiliki jalur evolusi yang berbeda, dan “kita tak lagi dapat menganggap kera sebagai ‘wali’ bagi nenek moyang terakhir bersama kita”.

“Temuan (Charles) Darwin sangat bijaksana mengenai masalah ini,” kata Tim White dari University of California Berkeley, yang membantu memimpin tim penelitian tersebut.

“Darwin mengatakan kita harus benar-benar berhati-hati. Satu-satunya cara kita akan mengetahui seperti apa nenek moyang terakhir bersama ini dan menemukannya. Yah, pada 4,4 juta tahun lalu, kita menemukan sesuatu yang sangat dekat dengan itu. Dan, persis seperti Darwin menghargai evolusi garis kera dan garis manusia, telah berjalan secara terpisah sejak jalur itu terpisah, sejak nenek moyang terakhir bersama yang kita miliki,” kata White.[ant]

by :http://www.ilmupsikologi.com/

Rasa Kesepian Menular

February 18th, 2010 by yahdillah


Bila ada satu individu yang merasa dirinya kesepian, maka individu lain yang berada dalam kelompok akan tertular. Demikian hasil riset terbaru yang diterbitkan Journal of Personality and Social Psychology di Amerika Serikat baru-baru ini.Riset itu menjaring 5,100 orang dan kelompok sosial mereka selama 10 tahun.

Berdasarkan hasil riset, peneliti menemukan fakta dimana rasa kesepian bisa menular diikuti dengan pemutusan hubungan dengan lingkungan sosial dan menyusuri situs jejaring sosial sebagai medium mencari teman.

“Pada lingkungan terluar, masyarakat hanya memiliki sedikit teman, dan rasa kesepian membuat mereka kehilangan sejumlah hubungan,” tukas John Cacciopo, Psikolog asal Universitas Chicago.

Dia menambahkan, sebelum sesesorang merasa kesepian, dirinya sedang menjalani sebuah hubungan, lalu apa yang dirasakanya menyebar dan menulari teman-temannya yang juga ikut merasakan kesepian.

“Efek ini dapat diartikan apa yang terjadi dalam diri kita berpegaruh terhadap orang lain, layaknya benang wol yang sambung-menyambung dalam sebuah pakaian hangat,” jelas Cacioppo.

Meski begitu, sekalipun riset berdasar pada catatan sejarah hubungan sukarelawan termasuk informasi yang menyebabkan rasa kesepian, riset tidak menjangkau pembentukan pola infeksi yang disebabkan perasaan kesepian hingga berpengaruh pada kelompok sosial dimana sukarelawan bersosialisasi.

Sementara itu, selain menulari kelompok sosial terdekar, perasaan kesepian juga menulari tetangga sebelah dan teman dekat mereka di linkungan itu. Berdasarkan catatan cacciopo, lamanya penularan membutuhkan waktu seminggu. Kejadian ini menandakan pola penularan sangat dipengaruhi intensitas pertemuan bersama tetangga.

Riset yang didanai oleh National Institute on Aging, juga menemukan fakta bahwa perempuan cenderung mudah dihinggapi rasa kesepian ketimbang pria, hal ini disebabkan pertimbangan sugesti bahwa perempuan cenderung emosional ketimbang pria.

Riset juga menyebutkan dari sebagian masyarakat yang merasakan kesepian tidak menaruh kepercayaan pada orang sekitar, dan hal itu menghambat kemampuan mereka saat menjalin hubungan pertemanan.

“Masyarakat mungkin mendapatkan keuntungan dengan berhubungan di luar orang terdekat untuk membantu pola interaksi sosial dan bisa menjaga mereka dari perasaan kesepian yang bisa menganggu hubungan sosial mereka yang kusut,” saran Cacioppo.

Guna mendalami hasi riset, peneliti terus mengamati sukarelawan selama 2 atau 4 tahun. (republika.co.id)

by:http://www.ilmupsikologi.com/

Rabu, 12 Mei 2010

Surga Di Telapak Kakimu

Kunyanyikan semua lagu
Untukmu Ibu
sebagai wujud terimakasih
Ku kepadamu
Tanpa lelah kau berjuang
Membesarkanku
Berikan yang terbaik untukku

Ijinkanlah tanganmu kucium
Dan kubersujud dipangkuanmu
Temukan kedamaian
Dihangat pelukmu

Didalam hati kuyakin
Serta percaya
ada kekuatan doa yang engkau titipkan
Lewat Tuhan membuat
Semangat Bila diri ini rapuh
Dan tiada berdaya

Ada surga di telapak kakimu
Betapa besar arti dirimu
Buka pintu maafmu
Saat kulukai hatimu

Ada surga di telapak kakimu
Lambangkan mulianya dirimu
Hanya lewat restumu
Terbuka pintu ke surga

Kasih sayangmu begitu tulus
Kau cahaya dihidupku
Tiada seorang pun yang dapat menggantimu

Ada surga di telapak kakimu
Betapa besar arti dirimu
Buka pintu maafmu
Saat kulukai hatimu

Ada surga di telapak kakimu
Lambangkan mulianya dirimu
Hanya lewat restumu
Terbuka pintu ke surga

Selasa, 11 Mei 2010

Resensi Atas Novel Terbaru Sindhunata: Putri Cina

Resensi Atas Novel Terbaru Sindhunata: Putri Cina
Oleh MARIA HARTININGSIH
Kompas, Minggu, 23 September 2007

Narrowly constructed, the present is never and always. It is here and gone with the tick of the clock, then here again.

(Michael T Isenberg, Puzzles to the Past: An Introduction to Thinking about History, 1985)

Banyak orang tunduk pada waktu, tetapi tidak begitu halnya dengan Sindhunata.
Dalam novelnya terbaru, "Putri Cina", Sindhunata meletakkan masa lalu di dalam masa kini, membuat waktu tak berkerangka, tak punya ruang; bahkan ruang dan waktu tiada, ketika keduanya melebur ke dalam peristiwa.

Peristiwa itu adalah tragedi Mei tahun 1998 di Jakarta, yang menurut catatan Tim Relawan untuk Kemanusiaan, menewaskan 1.217 orang, 91 terluka, dan 31 hilang. Peristiwa itu menghancurkan kepercayaan kepada negara, membiakkan prasangka, dan, mengutip F Budihardiman (2006), menggelembungkan negativitas yang didefinisikan oleh sesuatu di luar diri, yakni dampak yang ditimbulkannya.
Terutama yang menyebabkan kerusakan total dari hidup kebersamaan: peristiwa pemerkosaan dan penganiayaan seksual terhadap para perempuan etnis Tionghoa, yang terlacak hampir sebulan setelah peristiwa kerusuhan itu.

Banyak fiksi dan drama telah ditulis dan dimainkan untuk mengingatkan orang pada tragedi itu, khususnya peristiwa pemerkosaan, yang terus disangkali, sampai detik terakhir sebelum pernyataan pengakuan diikuti permintaan maaf Presiden BJ Habibie kepada rakyat Indonesia pada 15 Juli 1998.

Pernyataan itu tidak menyebut secara spesifik "perempuan etnis Tionghoa", tetapi tragedi itu telah membuka kedok betapa rentannya identitas tunggal yang ditempelkan pada seseorang dan segolongan manusia.

Menggemakan suara korban adalah bagian dari upaya membangkitkan kesadaran untuk menolak rasialisme dan kekerasan terhadap perempuan.. Juga cara bertutur ketika pengungkapan fakta sangat berisiko atas nama "bukti", sementara kata terakhir harus direbut dari pena para pelaku agar bagian gelap sejarah bangsa ini dikuakkan.

Di antaranya adalah cerpen Seno Gumira Ajidarma, Clara (1999), dibacakan dan dipentaskan sebagai drama di berbagai kampus. Seno juga membuat komik tentang itu.

Nozuma III (2005) karya Marga T mengingatkan pada kasus tewasnya Ita Martadinata. Kemudian Richard Oh dalam Pathfinders of Love (1999). Dari sisi pelaku, Chachay Syaifullah menulis Sendalu tahun 2005.

Antara mitos dan sejarah

Kisah Putri Cina merupakan pergumulan eksistensial menyangkut identitas-identitas: Siapa dia sesungguhnya dan mengapa ia bernama Putri Cina? Di manakah ia ketika tiada lagi wajahnya? (hal 13)

Sebagian narasi dalam buku ini menggunakan bahasa indah, tidak mengada-ada dan sangat dalam tentang kejawaan. Dialog antara Putri Cina dan Sabdapalon-Nayagenggong dalam beberapa hal mengingatkan pada pemikiran Hannah Arendt tentang banalitas kejahatan dan pandangan Elie Wiesel tentang kejahatan tersembunyi di dalam diri manusia, yang membuat manusia tega berlaku keji pada siapa pun.

Dalam Putri Cina, Sindhunata memasuki wilayah yang tak bisa dikatakan sepenuhnya sebagai mitos. Bagian yang dikembangkan menjadi novel ada dalam disertasi antropolog Nancy K Florida dari Universitas Michigan, AS, diterbitkan dalam buku Writing the Past, Inscribing the Future: History as Prophecy in Colonial Java (1995).

Naskah Babad Jaka Tingkir yang tersimpan di Keraton Surakarta itu ada kaitannya dengan Pakubuwana VI, yang lenyap dalam pembuangan Belanda tahun 1830.
Kisah Jaka Prabangkara yang membuka kisah Putri Cina adalah bagian dari babad tersebut.

Jaka Prabangkara adalah anak Prabu Brawijaya dari seorang selir, yang dibuang ke Cina oleh ayahnya setelah titah sang ayah melukis permaisurinya, Putri Cempa, terlihat begitu sempurna, sampai kepada noda hitam di ujung pahanya.

Prabangkara akhirnya menjadi menantu Maharaja Kaisar Cina, menurunkan banyak anak-cucu, yang nantinya berlayar menuju ke tanah leluhurnya, Tanah Jawa. Putri Cina adalah keturunan Prabangkara.

Ada dua Putri Cina dalam novel ini. Yang pertama adalah Putri Cina yang diceraikan Prabu Brawijaya, ibu dari Raden Patah, penguasa baru Tanah Jawa yang kelak menggulingkan sang ayah. Dia membawa Tanah Jawa menapaki zaman baru, dan oleh para wali diminta menjadi jembatan antara Jawa Lama menuju Jawa Baru, antara agama lama menuju agama baru.

Putri Cina lainnya adalah Giok Tien, pemain ketoprak Sekar Kastubo. Hampir setengah bagian terakhir mengeksplorasi kisah Giok Tien, termasuk kisah cintanya dengan pemuda Jawa bernama Setyoko, suami, yang kelak menjadi Senapati Gurdo Paksi di Kerajaan Medang Kamulan Baru.

Di sini mitos dan sejarah bergulat menjadi kenyataan hidup. Peran Eng Tay yang dilakonkan Giok Tien dalam ketoprak Sam Pek-Eng Tay adalah lakon hidupnya sendiri. Cinta yang mengikat, cinta pula yang memisahkan. Seperti kesia-siaan.

Akan tetapi, adakah kesia-siaan ketika kita menyaksikan kupu-kupu cinta tak lagi memisahkan Jawa dan Cina, kupu-kupu kuning yang mati di utara, memanggil hujan yang menyegarkan dan menyuburkan tanah; kupu-kupu Putri Cina yang mengubah bunga-bunga kematian menjadi kehidupan dan menaburkan permata berupa buah-buah doa ke seluruh dunia.

Novel ini menggambarkan peralihan kekuasaan di tanah Jawa yang selalu berlumur darah dan pengkhianatan. Ketika raja tak mampu menghadapi beragam persoalan, akan selalu diperlukan kambing hitam. Identitas menjadi permainan politik. Di situ, memakukan identitas tunggal tak hanya berbahaya, tetapi juga kejam.

Manusia terus mengulang sejarah itu dalam konteks politik yang berbeda-beda.
Pemerkosaan terhadap perempuan etnis Cina juga terjadi waktu itu (hal 149-150).
Sejarah kontemporer mencatat pengambinghitaman etnis Cina sejak tahun 1740 (hal 85-86).

Sebuah novel menawan, dengan mengabaikan gambar sampulnya.

Ilusi identitas

Novel ini membawa pesan: identitas tunggal adalah ilusi.

Siapa Cina? Siapa Jawa? Nilai kemanusiaan kita ditantang ketika keberagaman manusia dimampatkan ke dalam satu sistem kategorisasi tunggal yang sewenang-wenang (Amartya Sen, 2007).

Ironisnya, identitas selalu dijadikan locus politik. Pijakannya kultur.
Padahal, kebudayaan bertumbuh dari perjumpaan antarmanusia. Lakon ketoprak Sam Pek-Eng Tay hanyalah satu contoh dialog dalam kebudayaan. Tak ada sekat.
Sedangkan ciri fisik hanyalah "kulit" ketubuhan yang membalut pikiran dan jiwa;
"dunia kecil" dalam "dunia besar" bernama Semesta yang dibahas sangat dalam di buku ini.

Antropolog Perancis, Jean-François Bayart, membantu membebaskan "kita" dari "kekamian", dengan menulis perjalanan intelektual seputar politik dan kebudayaan yang berkelindan dengan politik kontemporer tentang identitas dalam bukunya, The Illusion of Cultural Identity (2005).

Saya membaca Putri Cina dengan ingatan pada karya Sindhunata, Kambing Hitam (2006). Di situ ia tak menolak "identitas" yang didefinisikan pihak di luar dirinya, tetapi merengkuhnya sebagai kerinduan terdalam hati manusia akan sebuah tanah air abadi, yang damai dan tenteram, yang tak pernah memisah-misahkan manusia lagi.

Dan identitas? Pada halaman 302-303, penyair Tao Yuan Ming mengatakan, "Tak berakarlah hidup manusia ini, seperti debu jalanan, kita beterbangan, dibawa angin, ditebarkan ke mana-mana…."

Senin, 10 Mei 2010

VANYA (Surat Izin Mati)


Vanya mendadak heboh. Cewek mungil yang mirip cabe rawit ini kebingungan. Pengen masuk ke klub pecinta alam tapi wajib menyerahkan surat izin mati.

Cewek kos yang kuliah di jurusan geologi ini memang punya segudang kisah heboh. Selain sibuk ngurusin surat izin mati, dia juga punya kasus konyol dengan para ABG. Hubungan uniknya dengan tukang kerupuk. atau gaya tengilnya saat jadi pecinta alam yang kemana mana nyasar melulu. Belum lagi suasana heboh waktu tempat kos yang isinya cewek itu kebakaran dan kemasukan maling.

Kehidupan Vanya memang selalu penuh warna. Tidak hanya kehidupan anak kos yang heboh. Yang centil, lincah, ganjen. Yang ngirit kalau makan tapi boros kalau di traktir. Dan juga dunia kampus yang ceria.

Vanya memiliki dua orang sahabat yang selalu setia menemaninya dalam suka dan duka, yaitu Yadi dan Eko. Mereka selalu ikut menyelesaikan berbagai macam masalah-masalah konyol yang dihadapi Vanya.

Novel ini menceritakan kehidupan remaja masa kini, dengan berbagai ulah konyol Vanya dalam menghadapi kehidupan remajanya, dan menyelesaikan masalah- masalah Vanya.


Judul Buku : VANYA (Surat Izin Mati)

Pengarang : Hilman dan A. Mahendra

Kategori : Novel Remaja

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tahun terbit : 1999 (Cetakan II)